Bab 11.2 – Seorang Gadis Cantik datang ke Rumah Kami!
Rencananya Kurumi-san pergi ke stasiun terdekat dari sini dan aku menjemputnya dari sana. Setelah meninggalkan rumah, aku langsung pergi ke stasiun. Dan tiba di stasiun dalam waktu kurang dari 10 menit.
Setelah menunggu beberapa saat, aku menemukannya keluar dari gerbang tiket.
Dia mengenakan atasan rajut cokelat tebal dan kinny hitam . Kesederhanaan pakaiannya menonjolkan kualitasnya sebagai seorang wanita. Kurumi-san sangat bergaya. Dia ramping, memiliki kaki yang panjang, dan meskipun tidak terlalu besar, oppai nya tetap menonjol. Dia juga cantik dan memiliki kepribadian yang baik.
"Yaay, Kurumi-san! Kau tampak bagus dengan pakaian itu! Seperti yang diharapkan dari seorang profesional!"
"B-begitukah? Yah, sudah lama sejak aku dipuji karena pakaianku, jadi aku mungkin merasa senang."
Menyembunyikan mulutnya dengantangan, Kurumi-san tersenyum. Ini disebut lengan moe di mana hanya ujung jarinya yang terlihat. Jantungku berdetak lebih cepat. Tidak mudah membuat jantungku berdetak lebih cepat. Rasanya jantungku hampir mau meledak.
"Uhh...!"
"A-ada apa?"
"Uhh.... Kurumi-san terlalu imut. Aku mengalami serangan jantung karena itu—"
"Halah, mati aja sekalian."
"Dingin banget! Atau inikah yang disebut marriage blues? Tampaknya menjadi salah satu kesulitan sebelum menikah. Tapi jangan takut, aku pasti akan membuatmu bahagia, Kurumi-san.
TLN: mirrige blue atau wedding blues adalah gangguan psikologis dimana perasaan gelisah, sedih, dan bingung banyak menyerang para ladies yang baru saja menikah dan merasakan kesedihan setelah acara kemeriahan di hari pernikahan terlewati. (CMIIW, karena saya belum menikah jadi gak tau)
"Mou... bodoh. Maksudku, ini dingin jadi tolong bawa aku ke rumahmu secepatnya.
"Ah benar — jika kau merasa kedinginan, bagaimana kalau memakai ini?"
Aku berjalan ke stasiun sehingga aku tidak merasa kedinginan. Saat aku melepas jaket yang kukenakan dan mencoba mengenakannya pada Kurumi-san, dia menghentikanku.
"Hmmm, tidak terlalu dingin jadi tidak apa apa. Terima kasih."
"Benarkah? Kalau begitu, ayo pergi!"
"Ya."
Dengan senyum masam di wajahnya, Kurumi-san dan aku mulai berjalan menuju rumahku.
Kami mengobrol sambil berjalan. Kurumi-san menyela pembicaraan kami dengan mengatakan topik yang berbeda. Aku mendengarkannya setengah terkejut dan setengah senang karena biasanya aku yang berbicara.
"n-ngomong-ngomong, bukankah sudah hampir waktunya untuk Study Tour?"
TLN: belajar sambil berwisata, biasanya kalau udah kelas 2 SMA bakalan ada program study tour.
"Study Tour... kalau dipikir-pikir, aku ingat sensei mengatakan sesuatu tentang itu. Seharusnya di Kyoto, kan?"
"Ya."
Mulut Kurumi-san sedikit terbuka.
"Apakah kau menantikan Study Tour?"
Dia telah mengalihkan topik jadi aku bertanya padanya. Dia tampak kebingungan tetapi setelah beberapa saat, dia mengangguk dan berkata "Hnm".
"Sebelumnya, aku memutuskan untuk tidak pergi. Maksudku, waktu itu... bagaimana aku harus mengatakannya? Saat itu, aku ingin mati jadi kupikir aku tidak perlu repot — tapi."
Dia memotong kata-katanya dan menatap lurus ke mataku.
"Jika kau ikut... itu mungkin menyenangkan."
"....... ! "
"Ah, kenapa kau malu malu?" [Kurumi]
Kurumi-san tersenyum dan menusukku dengan sikunya. Malu, geli, imut, geli, imut, imut, imut, imut.
"Jika kekasihmu mengatakan sesuatu seperti itu, kau pasti akan malu! Aku sangat bahagia!? Kita akan menikah! Kita benar-benar akan menikah! Aku tidak akan pernah memberikanmu kepada siapa pun! Kurumi-san, aku akan membuatmu bahagia!"
"-Hey! Jangan memutuskan sesuatu secara sepihak"
Dia memprotes tapi dia merah sampai ke telinganya. Dahinya juga sedikit berkeringat.
"Kurumi-san juga malu malu."
"! D-Diam! bodoh! E-eto, bodoh! Idiot idiot!"
Dia memunggungiku dan tidak berbicara sampai kami tiba di rumah. Aku tidak keberatan karena dia terlihat sangat manis.
***Adegan Berubah***
Sesampainya di rumah, aku mengeluarkan kunci dan membuka pintu.
Kurumi-san masih menatapku meskipun kita sudah sampai. Ketika dia melewati pintu depan, dia berkata "Maaf mengganggu" dengan suara kecil. Dia sangat sopan.
Kemudian, aku mendengar beberapa langkah kaki dari lantai atas. Itu mungkin adikku. Aku sudah bertanya sebelumnya bahwa aku akan membawa seseorang hari ini dan aku ingin dia bergaul dengannya. Kupikir dia akan turun sekarang untuk menyapa.
Dalam beberapa detik, dia menuruni tangga dan adik perempuanku muncul.
"Senang bertemu denganmu, aku adik perempuan aniki, Kasumi."
Dia tidak dalam sikapnya yang berantakan seperti yang biasanya dia tunjukkan padaku, tetapi seperti kucing yang baru saja keluar. Aku merasa nada suaranya juga naik satu atau dua tingkat.
"S-senang bertemu denganmu juga, aku teman sekelas onii-sanmu, Koga Kurumi."
Di sisi lain, Kurumi-san gugup. Tentu saja, itu normal. Kasumi saat ini duduk di bangku SMP kelas 3 yang jaraknya tidak jauh dari kami . Dan gadis-gadis yang menindas Kurumi-san juga tidak jauh dari usianya.
Seperti yang diharapkan, Kurumi-san tidak baik dengan gadis-gadis seusia ini.
Setelah Kurumi-san menyelesaikan salamnya, dia mengambil satu langkah lebih dekat denganku.
"Koga..... Kurumi...."
"A-ano... apa ada yang salah?"
Kasumi meletakkan tangannya di dagunya dan menatap Kurumi-san. Menatap, melihat, menatap—lalu, dia langsung tercengang.
"Ah? Ah! AHHHH!!! Koga Kurumi-san, yang disukai aniki. Itu kau?"
"Ya kenapa?"
Dia bertanya jadi aku langsung menjawab. Namun, wajah Kasumi menjadi kaku saat dia menatapku.
"Waaaaaaaaaa! IBU! Dia melakukannya! AHHHH! Aniki akhirnya melakukan kejahatan—! Kau orang bodoh! Beraninya kau menculik diaaaaa!"
"Jangan memfitnahku! Aku tidak menculik siapapun!"
"Lalu, bagaimana kau bisa membawa seorang gadis secantik ke rumah— t-tidak mungkin, hipnotis? Atau... pemerasan!? Aku selalu mengatakan kepadamu untuk tidak melakukan kejahatan, bagaimana kau bisa melakukan ini!!!"
"Aku tidak melakukan kejah—"
"Diam, kau binatang! Tenang saja, Koga-san, aku akan melindungimu!"
Kasumi berdiri di antara aku dan Kurumi-san seperti trenggiling.
"Kau salah paham!"
"..... fufufu"
Aku hanya bisa sedih saat Kasumi mengeluarkan taringnya padaku. Dan untuk beberapa alasan, meskipun ada situasi kacau yang sedang berlangsung di pintu masuk rumah kami, Kurumi-san mulai tertawa bahagia.
Bisakah kau setidaknya membiarkanku melepas sepatu? Sambil berpikir begitu, aku memegang kepalaku.