Epilog
Kerumunan di stasiun kereta lebih gila dari yang kuperkirakan, membuatnya terasa seperti arus orang yang bergerak. Aku mengutuk kebodohanku bahwa kita akan bertemu di sini. Karena aku belum pernah pergi ke festival kembang api sebelumnya, kupikir cakupannya akan sama dengan festival musim panas sebelumnya. Melihat banyaknya orang yang datang dari pintu keluar stasiun kereta api, aku menjadi khawatir jika aku benar-benar dapat menemukan gadis itu. Jika dia mengenakan yukata seperti sebelumnya, aku mungkin menemukannya dengan beruntung, tetapi karena dia mengatakan dia akan mengenakan pakaian kasualnya, aku tidak begitu percaya diri lagi.
Sebuah kereta baru tiba di stasiun, dengan arus orang baru yang meninggalkan gedung. Aku pikir dia harus berada di sini sebentar lagi. Aku melihat dengan cermat melalui sekelompok orang. Setelah mayoritas menghilang, seorang gadis lajang melangkah melewati gerbang tiket. Dia mengenakan rok panjang kotak-kotak dengan blus lengan pendek. Kombinasi ini langsung menarik perhatianku. Setelah bergerak agak jauh dari kerumunan orang, gadis itu melihat sekeliling, sepertinya mencari seseorang.
"Sako-san."
“Ah, Tsuyoshi-kun!”
melihatnya dan memanggilnya, gadis itu menunjukkan senyum mekar dan melambaikan tangannya padaku.
"Aku terkejut kamu menemukanku begitu cepat."
"…Yah begitulah."
“Ada apa dengan reaksi samar itu, bersikap jantan sedikit!.”
"Kamu terlihat sangat imut, aku langsung tahu itu kamu."
“Oke, itu agak terlalu jantan…” Sako-san tersipu dan cemberut.
Sudah kuduga, dia menggemaskan. Dia mungkin berusaha menyembunyikan rasa malunya karena dia meraih pergelangan tanganku dan mulai berlari.
“Memuji pakaian seorang gadis adalah saran dari Isaka-kun, kan? Kupikir kamu akan berhenti menggunakannya? ” Sako-san mengeluh.
“Tidak ada hubungannya dengan nasihat itu, aku memujimu karena kupikir itu benar benar terlihat sangat imut.” Sako-san sepertinya sedang kesusahan dan melepaskan tanganku.
"Aku akan memaafkanmu, jadi jangan katakan itu lagi!"
"Syukurlah."
Tidak akan baik jika kita berpisah, jadi aku meraih tangan Sako-san, yang diam-diam dia menautkan jari denganku. Kami berdiri di samping satu sama lain, tak satu pun dari kami memimpin jalan ataupun tertinggal di belakang. Dengan ritme yang sama, jarak yang sama saat kami berjalan menuju festival kembang api.