Kanpeki na Sako-san wa Mobu (Boku) Mitai ni Naritai - Chapter 3
------
(POV Tsuyoshi Haru)
"Seregam seorang gadis memang aneh, bukan begitu?"
Dari awak ke waktu, Takumi akan melontarkan komentar aneh dan misterius seperti itu. Namun, dia biasanya memiliki pemikiran yang menarik, jadi aku mengikuti.
"Apa ada yang salah dengan seragamnya?" Aku bertanya padanya dengan suara pelan.
Tidak banyak orang yang hadir di kelas sepagi ini, Tapi aku takut dengan reaksi para gadis jika mereka mendengar apa yang kita bicarakan. Namun, Takumi melanjutkan dengan volume yang sama seperti sebelumnya, tidak menunjukkan rasa takut.
"Seregam seharusnya mengikuti peraturan, namun memberikan ruang untuk berkreasi pada saat yang sama."
Aku tidak tahu apa yang dia bicarakan.
"Maksudkmu mereka bertentangan dengan peraturan itu sendiri?"
"Seregam mencegah ekspresi individualitas, namun kamu dapat menyesuaikannya cukup banyak, kan?"
"Aku tidak berpikir mereka dirancang untuk memungkinkan banyak penyusaian."
"Tidak, itu tidak sepenuhnya benar. Bagaimana dengan panjang rok seorang gadis?"
Mendekati topik rok, aku memberi isyarat kepada Takumi untuk sedikit menahannya. Akan buruk jika orang orang di sekitar kita mendengar percakapan kita.
"Alasanmu akan membuat rokmu lebih pendek...Ya. Untuk menunjukkan betapa bergayanya kamu, karena seberapa percaya diri kamu dengan penampilanmu, atau karena kamu ingin melanggar peraturan dan perundang undangan."
"B-benar"
"Pada saat yang sama, rok panjang memberikan kesan yang direkomendasikan dan rajin. Begitulah keseimbangan dijaga, dan panjang rok ditentukan."
"Keseimbangan..."
Aku merasa seperti aku mengerti, tetapi juga tidak mengerti diwaktu yang sama.
"Pada dasarnya, hanya dengan melihat rok seorang gadis, kamu bisa menebak kepribadian mereka. Pada saat yang sama, sekolah menyiapkan rok yang dapat disesuaikan untuk alasan itu."
"Teori konspirasi macam apa yang aku dengarkan sekarang?"
"Jadi, Tsuyoshi, pertanyaannya. Apa jenis panjang yang kau sukai?"
Ditanya oleh Takumi, hal pertama yang kuingat adalah rok lipit Sako-san. Roknya yang terlipat beberapa sentimeter di atas lututnya. Itu membuat menekankan citranya yang rajin dan bersih, serta secercah kelucuan dewasa. Ketika berbicara tentang panjang rok Sako-san, aku merasa itu benar benar mencerminkan kepribadiannya. Entah mengapa, aku muali memahami filosofi rok yang dibicarakan Takumi... tapi yang terpenting, kenapa aku langsung memikirkan Sako-san saat membicarakan rok?
“Hei, Tsuyoshi, kau membuatku kesal dengan ekspresi serius itu.”
“Kau yang bertanya padaku, kan?!”
Aku tidak percaya dia memiliki keberanian untuk benar-benar mengeluh sekarang. Tapi aku kira dia tidak sepenuhnya salah, akan sedikit menyeramkan untuk diam ketika membahas rok.
“Lalu bagaimana denganmu? Berapa panjang pilihanmu, Takumi?”
“Aku memang suka rok pendek, tapi tidak boleh terlalu pendek. Aku lebih suka tipe yang hanya nyaris tidak memperlihatkan pakaian dalam mereka dalam embusan angin. ”
"Kupikir kau yang paling menjijikkan di sini, Takumi."
Saat percakapan kami mencapai kesimpulan, pintu depan kelas terbuka. Melihat individu yang telah tiba, Nishida-san sekali lagi berteriak kaget.
“Machika?! Apa kau mengalami perubahan lain lagi?!”
Satu pertanyaan itu sudah cukup untuk menarik perhatian seluruh kelas. Faktanya, rok Sako-san menjadi lebih pendek 10 sentimeter. Biasanya, kamu tidak akan terlalu memikirkannya. Itu tidak melanggar peraturan sekolah, hampir tidak mengubah kesannya dari siswa teladan yang rajin menjadi gadis yang sedikit menjijikkan. Karena itu telah disembunyikan oleh rok Sako-san sampai sekarang, aku tidak pernah sepenuhnya menyadarinya, tapi dia memiliki kaki yang indah dan panjang. Mereka ramping tetapi tidak terlalu kurus, dan pahanya sangat bersih.
Tatapanku benar-benar tersedot oleh kakinya, dan meskipun ini secara tidak sadar terjadi, aku masih merasa bersalah dan tidak bermoral. Takumi sepertinya setuju denganku dalam sentimen ini, saat dia menatap kaki Sako-san dengan sama.
"Cantik…"
Dia tidak berniat menyembunyikan tatapannya. Saat aku melihat sekeliling kelas, memeriksa reaksi orang lain, hampir semua dari mereka juga menatap Sako-san. Aku kira kita anak laki-laki adalah makhluk sederhana—termasuk aku sendiri. Tapi itu memunculkan pertanyaan... mengapa dia memendekkan roknya seperti ini. Jika logika rok Takumi benar, maka pasti ada semacam perubahan dalam perilaku Sako-san. Aku menatapnya sekali lagi. Dia sedang mendiskusikan sesuatu dengan Nishida-san, dan setiap kali dia tersenyum, roknya berkibar.
“Hei, Takumi, jika kamu bisa menebak kepribadian seorang gadis dari panjang roknya, apakah itu berarti Sako-san berubah?”
"Pertanyaan bagus. Aku yakin ada beberapa perubahan yang terjadi.”
“Mengapa menurutmu begitu?”
Takumi menunjukkan senyuman padaku.
“Karena dia ditolak oleh cowok yang dia suka... mungkin ini adalah tebakan terbaik?”
Kata-kata itu tersangkut di tenggorokanku. Karena aku tahu persis apa yang dia pikirkan, aku tidak bisa membalas kata katanya. Tapi meski begitu, aku tidak mengerti hubungan antara ditolak dan memendekkan rok. Aku mengikuti Sako-san dengan mataku untuk mencoba dan menyaring pikirannya, tetapi aku tidak dapat menemukan apa pun.
Saat aku menyerah dan menghela nafas, tatapanku bertemu dengan Sako-san. Untuk beberapa alasan, aku bisa melihat seringai tipis. Aku hampir melompat dari tempat dudukku karena kaget, dan segera membuang muka. Apakah dia... menyadari bahwa aku sedang menatapnya? Jika tidak, dia tidak akan tersenyum padaku seperti itu... kan? Lonceng berbunyi, dan kelas pagi dimulai tanpa ada misteri yang terpecahkan.
Aku duduk di baris terakhir kelas di sisi jendela, jadi aku mendapati diriku melihat punggung Sako-san selama kelas. Aku terus memikirkan alasan kenapa Sako-san tiba-tiba memendekkan roknya. Namun, teka-teki itu tetap tidak terpecahkan bahkan setelah kelas berakhir.
“Takumi, wali kelas terakhir sudah selesai.”
“Mmm… Ahh.”
Aku mengguncang bahu Takumi, yang benar-benar tertidur. Jika dibiarkan sendiri, dia mungkin akan terlambat untuk latihan bisbol. Takumi dengan lembut mengangkat bagian atas tubuhnya dan menggosok matanya.
"Sudah terlambat, ya..."
"Ayo, kamu akan terlambat ke klubmu."
“Kay. Apakah kau pergi ke ruang konseling bimbingan masa depan?
"Ya."
"Pergi, tangkap mereka, juara."
“Segera kembali padamu.”
Aku meninggalkan Takumi yang mengantuk dan melangkah keluar kelas. Aku turun dari lantai tiga ke lantai dua, mencapai ruang bimbingan konseling masa depan setelah melewati beberapa siswa lain. Ruang bimbingan konseling tersebut memiliki ukuran ruang kelas rata-rata, tetapi karena ditumpuk dengan rak-rak buku, rasanya jauh lebih kecil. Dari sini, kau bisa meminjam buku kerja ujian masuk universitas atau buku referensi lainnya, serta mengambil dokumen dan pamflet universitas. Karena SMA Nishijin adalah sekolah terkenal dan tingkat tinggi di daerah tersebut, mereka menawarkan dukungan penuh untuk kemungkinan pilihan di masa depan. Namun, aku tidak pergi ke sini untuk menerima bantuan untuk ujian masukku. Sebaliknya, aku memanggil meja jauh di belakang rak buku.
"Shibato-sensei, aku di sini."
“Oh, Tsuyoshi.”
Seorang pria dengan rambut acak-acakan menghentikan pekerjaannya dan menatapku. Shibato-sensei adalah guru yang bertanggung jawab untuk ruang bimbingan konseling masa depan, dan dia juga guru wali kelasku di tahun pertamaku. Sifat alaminya sangat lesu dan berantakan. Dia dikenal hanya mencukur jenggotnya setiap dua hari, dan hari ini adalah salah satu hari di mana dia tidak bercukur. Itu bukan kesan kotor yang kau dapatkan darinya, tetapi dia terlihat jauh lebih tua dari pada usia akhir dua puluhan.
Aku berjalan melewati lembah rak buku, melangkah di depan mejanya. Meskipun ada empat meja yang tersedia untuk digunakan guru, aku hanya pernah melihat Shibato-sensei di sini. Lagipula, sebagian besar guru lain sedang duduk di kantor guru. Shibato-sensei sangat khusus dalam melakukan sesuatu, jadi dia sering bercekcok dengan guru lain. Itu sebabnya dia melarikan diri dari kantor guru dan bersembunyi di sini di ruang bimbingan konseling masa depan. Alasan aku datang ke sini adalah untuk membantunya dengan pekerjaannya dan membersihkan barang-barang.
Menurut sensei, beban kerja calon guru BK cukup tinggi, jadi segera setelah kelas berakhir, aku akan datang ke sini untuk membantu. Beberapa di antaranya adalah hal-hal yang awalnya seharusnya ditangani oleh seorang guru, tetapi dia cenderung memaksakannya kepadaku. Inilah sebabnya mengapa dia tidak punya tempat tinggal di kantor guru. Dan seperti yang diharapkan, dia mendorong seikat dokumen lain ke arahku.
“Hari ini, aku butuh bantuanmu dengan pengarsipan. Pastikan untuk memeriksanya berdasarkan tanggal.”
“Bukankah ini sedikit berlebihan?”
“Jangan mengeluh sekarang, oke? Aku hanya ingin cepat pulang.”
"Haruskah seorang guru benar-benar mengatakan itu?"
Sudah sekitar satu tahun sejak aku mulai membantu Sensei di sini. Alasanku menjadi targetnya untuk ini memiliki cerita yang agak aneh.
Pada musim panas tahun pertamaku, aku benar-benar gagal dalam ujian pertama. Setiap mata pelajaran berantakan, dan dalam bahasa Inggris, aku bahkan mendapat nilai terendah sepanjang tahun. Dengan 280 siswa di setiap tahun ajaran, pasti ada yang terendah. Dengan kata lain, bahkan sekolah tingkat tinggi seperti ini memiliki anak putus sekolah, yaitu aku. Mundur ke sudut, aku pergi mencari bantuan dari Shibato-sensei di sini di ruang konseling bimbingan masa depan.
“Kupikir aku cukup rajin dengan belajarku di SMA, tapi aku menyadari kalau aku harus lebih berjuang karena sekarang aku ada di SMA. Aku kehilangan kepercayaan diri.”
Dikelilingi oleh meja, Shibato-sensei mengangguk.
"Aku mengerti. Kami memiliki banyak orang yang rajin dan berbakat di sekolah ini, jadi sepertinya hanya kamu yang tertinggal.”
"Tepat sekali. Setidaknya aku tidak ingin tertinggal."
“Hmm…” Sensei meletakkan tangannya di dagunya dan mulai berpikir.
Setelah keheningan singkat, dia berdiri dan mengambil seikat kertas.
“Ini adalah daftar universitas tujuan lulusan kami.” Dia meletakkan kertas-kertas itu di depanku. “Aku ingin kau membaginya antara siswa aktif, dan beri aku jumlah totalnya. kau dapat menggunakan pena di sana. ”
“U-Um…”
Aku tidak bisa mengikuti situasinya. Apakah dia memaksakan pekerjaannya padaku? Meskipun aku datang untuk meminta bantuan? Juga, haruskah siswa sepertiku benar-benar melihat dokumen-dokumen ini?
"Setelah kau selesai dengan itu, kita bisa bicara."
“...Baiklah, aku mengerti.”
Saat itu, aku masih tidak tahu betapa tidak bertanggung jawab dan tidak pedulinya Sensei, jadi aku menerima pekerjaan itu tanpa banyak berpikir. Setelah satu jam berlalu, aku menyelesaikan pekerjaanku.
"Sensei, aku sudah selesai."
"Serius?! Sekarang aku bisa pulang lebih awal.” Dia berkata dan mulai membersihkan mejanya.
“T-Tunggu sebentar! Bagaimana dengan konselingku?! ”
Shibato-sensei berhenti di jalurnya.
“Oh ya, aku hampir lupa, haha…” Saat aku memelototinya, dia menggaruk kepalanya dengan canggung. “Masalahnya, ini adalah pertama kalinya aku benar-benar mendengar curhatan seorang siswa.”
“Bolehkah aku pulang sekarang?”
“Sekarang tunggu. Di sinilah hal-hal menjadi penting. Di sekolah ini, masuk akal bahwa semakin tinggi nilainya, semakin baik. Itu yang kamu khawatirkan, ya?”
Aku menjatuhkan pinggulku kembali ke kursi lagi.
“Kau tahu, ini sebenarnya sekolah ketiga tempatku mengajar, tapi aku tidak terlalu suka di sini.”
"...Mengapa demikian?"
“Karena semua siswa rajin belajar. Mereka mungkin memiliki beberapa kekhawatiran di sana-sini, tetapi mereka tahu bahwa belajar adalah jalan menuju kesuksesan.”
“Jadi maksudmu belajar itu tidak penting? maksudmu begitu?”
"Tidak tidak Tidak. Aku mengatakan bahwa siswa yang terlalu rajin itu membosankan. Tidak ada yang bisa aku lakukan. Itu sebabnya aku lega bertemu dengan seorang siswa yang sebenarnya memiliki masalah dalam hidupnya. Dan untuk menjawab pertanyaanmu…Ya, belajar itu sangat penting.”
“……”
“Jangan menatapku seperti itu. Di sinilah itu menjadi serius. ” Sensei berdeham. “Bagaimana rasanya melakukan pekerjaan bimbingan konseling di masa depan?”
“Bagaimana… aku merasa seperti seorang budak.”
“Haha, aku bertaruh. Omong-omong, data yang kau kumpulkan akan dikumpulkan dan diletakkan di beranda untuk dilihat oleh calon pelamar dan wali. Ini akan bertindak sebagai sinar penuntun bagi orang-orang yang lulus dari sekolah menengah. Dan karena kau membantuku, aku bisa pulang lebih awal. Aku sedang berpikir untuk memasak untuk makan malam, malam ini. Kedengarannya bagus, kan?”
“Aku tidak tahu harus berkata apa…”
“Ngomong-ngomong, kamu baru saja membantu seseorang, Tsuyoshi. Tidak peduli seberapa banyak kau telah belajar, kau tidak akan langsung berguna bagi seseorang. Itu sebabnya apa yang kamu lakukan barusan itu luar biasa. Bahkan jika kau berakhir dengan nilai buruk, kau baru saja mendapat tempat pertama di peringkat membantu. Kamu bisa lebih percaya diri sekarang, kan?”
Itu hanya pekerjaan lain, jadi aku tidak mengerti bagaimana hal itu tiba-tiba membuatku merasa lebih percaya diri. Namun, gagasan untuk membantu seseorang mulai memenuhi dadaku. Bukannya ketakutanku akan nilai dan sekolahku tiba-tiba menghilang, tapi setidaknya aku merasa seolah-olah wawasanku melebar. Karena itu, aku tidak bisa begitu saja menerimanya dengan jujur, itulah sebabnya aku kebetulan merespons dengan cara yang memberontak.
“Kamu bilang begitu, tapi belajar tetap penting, kan? Aku mungkin telah membantu seseorang, tetapi itu tidak akan menghapus nilai burukku.”
"Kau benar. Jika kau ingin nilaimu meningkat, yang bisa kau lakukan hanyalah belajar.”
Menerima jawaban yang tidak membantuku sedikit pun, mataku berubah menjadi titik-titik. Aku datang ke sini karena aku ingin saran sehubungan dengan kecemasanku, jadi disuruh "Hanya belajar lebih banyak" benar-benar tidak menyelesaikan apa pun. Tepat saat aku ingin mengajukan keluhan lain padanya, Sensei melanjutkan.
“Tapi, kamu tidak khawatir tentang nilai burukmu, kan? Kau hanya membenci diri sendiri karena tidak memiliki bakat atau keterampilan khusus. Ada metode lain untuk mengatasinya. Membantu orang lain seperti yang kau lakukan barusan adalah salah satunya.”
“Jadi kekhawatiranku akan teratasi jika aku melakukan pekerjaan seperti ini?”
“Itu sepenuhnya tergantung padamu, Tsuyoshi. Tapi, patut dicoba, bukan? Namun, kau juga tidak dapat sepenuhnya mengabaikan belajarmu. ”
Jadi pada akhirnya, ini masih tentang belajar? Tapi setidaknya aku bisa mendapatkan sesuatu darinya. Aku tidak bisa benar-benar menghormati Shibato-sensei karena memaksakan pekerjaannya kepada siswa, tapi setidaknya dia tidak terlihat seperti orang jahat.
“Terima kasih banyak telah memberiku saran.”
"Iya. Apakah itu membantu?”
"Sedikit, mungkin?"
"Jawabanmu lebih dari cukup."
Dengan ini, saranku berakhir, dan hubunganku dengan Shibato-sensei seharusnya berakhir. Namun, aku masih datang ke ruang konseling bimbingan masa depan bahkan setelah itu. Melihat aku berkunjung lagi, Sensei mengerjap bingung.
"Apa yang salah? Apakah ada hal lain yang mengganggumu?”
“Tidak, aku hanya ingin tahu apakah ada yang bisa aku bantu,” kataku, yang membuat wajah Sensei berseri-seri.
"Betulkah?! Itu artinya aku bisa pergi lebih awal lagi, hari ini!”
Begitulah cara aku datang secara teratur ke ruang konseling bimbingan masa depan Sensei. Bukan karena ini membantuku berubah dari laki-laki biasa yang tidak bisa belajar, tapi Sensei baru saja berkata, aku pikir aku mungkin bisa menjadi seseorang yang spesial di luar topik belajar. Mungkin aku bisa lebih percaya diri suatu hari nanti. Dan dengan peristiwa ini sebagai pemicu, hari-hariku berubah sedikit.
Kira-kira setahun telah berlalu sejak itu, dan Shibato-sensei berhenti menjadi wali kelasku, tapi aku masih membantunya dari waktu ke waktu. Aku tidak bisa mengatakan dengan pasti apakah aku tiba-tiba menjadi lebih percaya diri, tetapi setidaknya aku lebih percaya pada hari-hari yang aku habiskan. Itu sebabnya aku melakukan pekerjaan membantu lagi hari ini.
“Sensei, bisakah aku menggunakan ruang wawancara?”
"Ya, itu terbuka."
Ruang konseling bimbingan masa depan terhubung ke ruangan kecil yang digunakan untuk berlatih wawancara, tetapi setiap kali tidak ada orang yang menempatinya, itu gratis untuk aku gunakan. Aku biasanya menggunakannya untuk melakukan pekerjaanku. Aku menerima dokumen dan file dari Sensei dan membuka pintu ruang wawancara. Dua sofa dengan ruang yang cukup untuk dua orang saling berhadapan, dengan meja rendah kecil di antara mereka. Aku bahkan bisa menggunakan sofa sebagai tempat tidur, yang pasti tidak bisa aku keluhkan.
Aku duduk di salah satu sofa, memulai pekerjaanku. Karena aku hanya perlu melakukan pengarsipan sederhana hari ini, itu tidak terlalu buruk. Aku pada dasarnya harus berhati-hati untuk tidak menulis tanggal yang salah, tidak lebih.
Tepat setelah aku mulai bekerja, pintu ruangan terbuka. Kupikir itu Shibato-sensei, jadi aku mengangkat kepalaku, tapi ternyata itu Sako-san.
"Ah aku menemukanmu!"
Rok Sako-san sependek sebelumnya. Aku mencoba yang terbaik untuk tidak melihat pahanya saat merespons.
"Kenapa kamu disini? Apakah kamu membutuhkan sesuatu?”
“Aku masih punya waktu sampai klubku dimulai, jadi kupikir aku mungkin akan ngobrol sedikit denganmu. Apa aku mengganggu?”
“Tidak, tidak apa-apa…”
Aku dengan tenang menanggapi seperti itu tetapi merasa ragu di dalam. Sako-san punya banyak teman, jadi aku tidak melihat alasan kenapa dia mencariku seperti ini.
"Apa yang sedang kamu lakukan?" Sako-san bertanya, duduk di seberang meja.
“Sensei memintaku untuk mengatur file-file ini.”
“Kamu bekerja sekeras biasanya, ya. Tsuyoshi-kun.”
“Yah, hanya ini yang bisa kulakukan.”
Saat percakapan kami berakhir, Sako-san tiba-tiba mengubah topik pembicaraan.
“Ngomong-ngomong, tidakkah menurutmu aku berbeda hari ini?”
Aku hampir menjatuhkan file di tanganku. Dia jelas berbicara tentang roknya. Kurasa sudah jelas tadi aku menatapnya, ya. Keringat dingin mengalir di punggungku. Namun, menyembunyikannya mungkin juga tidak akan berhasil. Jadi aku hanya membiarkannya.
"Apakah kamu berbicara tentang rok pendekmu?"
“Jadi kamu sadar? Lagipula, kamu sudah menatapku sepanjang hari. ”
Dia tahu! Tanganku mulai berkeringat deras, tapi aku tetap melanjutkan pekerjaanku. Mungkin sudah terlambat sekarang, tapi aku mencoba untuk tetap tenang.
“Semua orang akan menyadari perubahan besar seperti itu.”
"Kamu benar. Jika aku membuatnya sependek ini, tidak mungkin kamu akan melewatkannya.” Dia berbicara dengan suara menggoda, yang membuat kepalaku semakin panas.
"Sako-san, apakah kamu menggodaku?"
“Entahlah, siapa yang tahu.”
Atau begitulah katanya, tapi dia cukup mengakuinya. Jadi alasan dia memperpendek roknya adalah untuk menggodaku? Aku menelan ludah, berkonsentrasi pada otakku, dan melanjutkan pekerjaanku. Jika mataku bertemu dengan Sako-san sekarang, dia mungkin akan menggodaku lebih jauh. Hampir seolah-olah dia telah melihat melalui emosiku, Sako-san mengeluarkan suara yang manis.
“Tsuyoshi-kun, aku bertanya-tanya—” Dia perlahan menyilangkan kakinya, seolah ingin memamerkannya. “Antara rok panjang dan pendek, kamu lebih suka yang mana?”
Saat dia menyilangkan kakinya, roknya terangkat. Jika dia berbalik ke arahku, aku mungkin bisa melihat sesuatu yang seharusnya tidak aku lihat. Aku terus menatap dokumen di depanku, dan menjawab pertanyaannya.
"Yang panjang."
"Mengapa?"
“…Karena terlihat lebih rajin dan serius. Aku pikir itu pasti akan terlihat lebih baik untukmu. ”
“Hah… aku mengerti…”
Aku tahu aku hanya menarik barang entah dari mana. Karena aku laki-laki, mataku secara alami akan melayang ke arah rok pendek. Namun, pahanya adalah racun bagi mataku. Berbicara dengannya seperti ini, aku bahkan tidak tahu ke mana harus mengarahkan pandanganku. Itu sebabnya aku ingin dia memperbaiki roknya.
"Apakah kamu benar-benar lebih suka rok panjang?"
Sako-san menggerakkan kakinya, mengubah posisinya. Tatapanku hampir tersedot seluruhnya, tapi aku nyaris tidak bisa menjaga ketenanganku.
"Yang panjang," aku berbicara dengan kepercayaan diri sebanyak yang aku bisa kumpulkan.
“Ah, sudah waktunya.” Sako-san tiba-tiba bangkit. “Aku harus pergi ke klubku sekarang. Sampai jumpa besok."
“Ya, sampai jumpa…”
Aku akhirnya bisa bernapas. Namun, benar
saat aku bersantai sejenak, Sako-san berhenti di depan pintu.
"Jika kamu menyukai yang panjang, maka aku akan memperpendek lagi besok." Sako-san tersenyum padaku dan pergi.
“Apa maksudnya itu...?”
Aku bilang aku lebih suka yang panjang, jadi mengapa dia mengatakan itu? Aku tidak mengerti. Pada akhirnya, alasan perilaku anehnya tetap menjadi misteri, dan kata-kata terakhirnya memenuhi kepalaku. Aku mengeluarkan smartphoneku dan mengirim pesan ke Takumi.
"Logika rokmu itu mungkin salah."
Takumi mungkin bisa memecahkan misteri ini. Dengan harapan itu, aku mengiriminya pesan ini.
---
(POV Sako Machika)
Setelah kami melewati musim hujan, yang menyambutku adalah malam yang indah. Sungai yang melewati distrik perumahan telah meninggi, tetapi aliran airnya tetap tenang, memancarkan cahaya yang indah. Latihan ansambel angin cukup sulit, tetapi bertemu dengan angin malam yang nyaman ini, semua kelelahan hilang.
“Machika, apakah sekarang lebih baik?”
Saat kami berjalan di sepanjang sungai, Mayuko—Nishida Mayuko—bertanya padaku.
“Hmm… aku tidak yakin.”
Karena dia memainkan alat musik yang berbeda, dia mungkin tidak mengerti detail persisnya, tapi serulingku mengeluarkan suara yang aneh dan kering. Sepertinya ada sesuatu yang salah tentang itu. Pada saat yang sama, Mayuko melirik wajahku.
“Bagaimana dengan Tsuyoshi? Aku melihat kamu sedang menguji segala macam hal. ”
"Kupikir itu berhasil."
"Oh?"
Karena kami sudah bersama untuk waktu yang lama sekarang, aku secara teratur memberi tahu dia tentang cinta dan semua itu. Dia adalah teman yang paling bisa kupercaya.
“Itu mengingatkanku, kamu tidak pernah benar-benar mengeluh atau mempertanyakan bahwa itu adalah Tsuyoshi-kun, kan?”
“Hm?”
"Maksudku, biasanya kamu akan mengatakan 'Jangan coba-coba dengan pria itu'."
Aku telah mengaku beberapa kali dalam karir sekolahku sejauh ini, dan setiap kali aku meminta pendapat Mayuko, dia segera dan selalu mengatakan untuk menolak anak itu.
“Tsuyoshi pria yang baik, jadi aku akan membiarkannya. Aku bisa mendukung kalian berdua.”
“Dan kenapa begitu?”
“Aku sudah memberitahumu sebelumnya, kan?”
“Aku ingin mendengarnya lagi.”
“Kami berada di kelas yang sama selama tahun pertama kami, jadi aku tahu betapa kerasnya dia bekerja sebagai perwakilan kelas dan selama festival budaya. Dia tidak melakukannya sambil mengharapkan imbalan apa pun, dia hanya ingin semua orang bersenang-senang, jadi kupikir dia pasti pria yang baik.”
"Aku benar-benar bisa mengerti, kedengarannya sangat mirip Tsuyoshi-kun."
“Dia tampak seperti pria biasa yang duduk di sudut kelas, tetapi dia tidak hanya bersemangat ketika itu benar-benar penting.”
Hari ini, Tsuyoshi-kun membantu di ruang konseling bimbingan masa depan. Pekerjaannya mungkin sederhana, tetapi membantu orang lain selalu sulit dan rumit. Tsuyoshi-kun cukup baik untuk melakukan hal seperti itu.
“Apakah itu alasanmu mulai menyukai pria itu, Machika?” Mayuko menyeringai saat dia menatapku.
“Ayolah, hentikan.”
Kepalaku mulai mendidih. Aku mengipasi udara segar di wajahku ketika Mayuko menanyakan pertanyaan lain.
“Itu mengingatkanku, apakah memperpendek rokmu menunjukkan semacam efek?”
“Tentu saja. Tsuyoshi-kun bilang dia suka rok yang lebih panjang, jadi memperpendek milikku adalah pilihan yang tepat. Dia tidak pernah menatapku sekali pun ketika kami berbicara. ”
"Kamu yakin dia tidak hanya malu?"
"Tentu saja tidak."
Mayuko menghela nafas lelah.
“Aku masih berpikir pendekatanmu menuju ke arah yang sepenuhnya salah.”
"Betulkah?"
“Dia mungkin menolakmu karena terlalu sempurna, tapi bukan berarti kamu harus berubah menjadi wanita yang tidak baik.”
“Tapi jika aku tidak melakukan itu, aku tidak akan bisa berkencan dengan Tsuyoshi-kun.”
“Kau terlalu jujur, Machika. Bersiaplah untuk menyerang, tapi… dengan cara yang normal. Kamu sangat pintar dalam hal belajar, jadi mengapa kamu bodoh dalam hal cinta?
"Aku tidak bodoh."
“Dengar, itu bagus untuk rajin dan serius, tetapi kamu mengambil langkah terlalu jauh. Aku khawatir di sini, dan kamu mungkin sudah menyadarinya sekarang, bukan? ”
“Itu benar, tapi…”
Aku selalu menjadi 'Nona sungguh-sungguh' tidak peduli apa yang kulakukan. Dan Mayuko tahu bahwa aku adalah orang yang seperti ini.
“Ngomong-ngomong, jika kamu benar-benar ingin berkencan dengan Tsuyoshi, maka kamu mungkin tidak boleh mencoba sesuatu yang aneh.”
“Whaaa~ aku merasa melakukan pekerjaan dengan baik di sini.”
“Itu hanya imajinasimu…” Mayuko menghela nafas.
Aku merasakan respon yang luar biasa dari Tsuyoshi-kun hari ini. Jika aku terus menghancurkan citra sempurnaku, Tsuyoshi-kun seharusnya mulai menerimaku. Tapi meski begitu, Mayuko menggelengkan kepalanya.
“Aku tidak berpikir kamu harus melakukan sesuatu yang tidak biasa kamu lakukan. Memperpendek rokmu adalah salah satunya, tetapi kamu benar-benar harus berhati-hati saat bergerak. ”
“Tapi ada gadis lain yang memiliki rok lebih pendek dariku?”
"Tapi mereka terbiasa dengan rok yang lebih pendek, ingat?"
"Aku sedang berhati-hati, kau tahu?"
“Oh ayolah…” Mayuki mengacak-acak rambutnya dengan tangannya.
Melihat ke atas, dia bergumam.
"…Biru."
"Biru?"
“Celana dalammu hari ini, Machika! Karena kau menjaga rokmu sependek ini, kupikir kau akan memakai rok di bawahnya!”
“K-K-K-Kapan kamu melihat mereka?! Tunggu, apa aku bahkan memakai yang biru hari ini?!”
"Setidaknya ingat itu!"
Jadi…mungkin Tsuyoshi-kun pernah melihat mereka di ruang bimbingan konseling masa depan. Aku mencoba menyerangnya sambil menyembunyikannya dari jarak dekat, tapi jika dia melihat itu…
“Hanya ingin tahu, tapi apa yang akan kamu lakukan besok? Menjaga rokmu tetap sependek ini?”
“Aku akan mengembalikannya seperti semula…”
"Syukurlah."
Matahari terbenam menghilang di balik pegunungan, saat kegelapan menimpa jalan tepi sungai yang biasa kulewati. Aku merasa lega karena tidak ada yang bisa melihat wajahku yang merah padam.
---
21 Juni,
Aku pikir rok pendek bekerja dengan cukup baik ... mungkin.
Tsuyoshi-kun bilang dia suka rok yang lebih panjang, jadi ini pilihan yang tepat.
Tapi aku tidak ingin dia melihat celana dalamku dan membuat hal-hal canggung di antara kami, jadi aku mungkin akan menjaga rokku normal lagi mulai besok.
Juga, seperti yang Mayuko katakan, aku memakai celana dalam biru hari ini.
Ya Tuhan.